Intro: PHP


Jika aku bodoh biarkan sejenak untukku memahami. Tak semua orang dilahirkan punya kemampuan belajar cepat. Sebenarnya aku berpikir, bahwa masa depan yang kita nantikan itu tidak semuanya jauh dari perkiraan. Selama ada tujuan, perjalanan ini akan ada arahnya. Bukan mencapai tujuan itu saja, terkadang ada kalanya tersesat juga menjadi bagian dari sebuah perjalanan. Aku jadi melankolis belakangan ini ada sebabnya. PHP. Yap, meski sudah berjalan tahun ketiga tempatku part time di sini. Sebenarnya bahasa ini menjadi wajib dipelajari, sebagian besar sistem atau aplikasi yang jalan 24/7 dibikin pakai PHP.

Apalagi ini? "Protection against buffer overflows or format string vulnerabilities," begitu kata websitenya. Setelah melihat adik kelasku belajar PHP dalam waktu satu semester dan langsung bisa buat aplikasi berbasis web, langsung deh ada keberanian untuk buka server utama. Entah, sejak dua tahun lalu, belum pernah terbesit akan mengutak-atik server ini. Soalnya, satu server ini sudah jadi tulang punggung sistem yang bakal gawat kalau misal ada error.

Pernah kejadian sekali, waktu tahun baru kemarin aku begadang di ruang server untuk cek database server, katanya error messages gagal deteksi client aktif. Aku dengan beberapa pengetahuan terbatas soal CLI bash Linux harus berhadapan dengan FreeBSD yang ternyata berbeda. Tengah malam di Jogja dinginnya sudah cukup bikin beringsut meski begitu suhu ruang server harus di bawah 16 derajat Celsius. Deg-deg-an. Mengkerut dengan dingin tengah malam tambah gempuran 4 buah Air Conditioner di ruang ukuran 4x3 meter, benar-benar malam tahun baru tak terlupakan.

Database yang dipake masih MySQL untuk monitoring server, tapi aplikasi sistem sudah adopsi PostgreSQL yang notabene lebih stabil dan praktis pengelolaannya. Nah, sistem ini bisa diatur remote dari lantai bawah. Berhubung sistemnya yang rusak dan DC alias putus jaringan, akhirnya beberapa orang cek ruang server dan coba mengatasi masalah ini dengan pengetahuan seadanya.